Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

Pengalaman Haji: Ibadah Mandiri di Madinah Ketika Sakit

Pengalaman Haji: Ibadah Mandiri di Madinah Ketika Sakit
Pengalaman Haji

Pengalaman Haji: Ibadah Mandiri di Madinah


Sebelumnya saya ceritakan kisah pengalaman ibadah mandiri di Madinah di Mubadalah. Saya terbangun pukul satu Waktu Saudi Arabia karena merasa badan sudah lebih baik daripada sebelumnya. Tak lama ibu pun terbangun.

Ketika ibu bangun, ibu meminta saya untuk segera makan karena kami berdua ketiduran menunggu makan malam yang tak kunjung tiba. Setelah makan, saya meminum obat yang diberikan oleh dokter, sedang ibu menyuntikan insulin secara mandiri.

Membeli Qur'an Wakaf

Karena pagi ini saya berniat ziarah ke Roudloh, Jadi setelah makan saya mulai bersiap-siap untuk berangkat ke Masjid Nabawi. Sayangnya sesampai di sana petugas bilang hari Jum'at tidak ada ziarah.

Akhirnya, setelah sholat shubuh, sambil menunggu ibu selesai tadarus, saya yang baru saja minum obat memutuskan untuk tidur di Masjid Nabawi, hal yang sama pun dilakukan oleh Bu Andriana dan Bu Tuti, teman satu rombongan yang pergi sendiri ke masjid.

Setelah ibu usai, kami pun bangun dan pergi menuju hotel. Di perjalanan, Bu Tuti bilang ingin membeli Qur'an. Akhirnya kami mampir ke toko di sekitar masjid. Setelah mencari al-Qur'an yang diminati, beliau bilang, "Tolong tawarin", akhirnya saya bilang pada penjual:

"Boleh kurang ga?"

"Tidak boleh nawar untuk Qur'an"

Akhirnya Bu Tuti memberikan segepok uang riyalnya pada saya karena beliau tidak tahu mana yang 5 riyal, mana yang 10 riyal. Saat mengetahui ada uang riyal yang kurang baik kondisinya, saya memberikan uang tersebut pada penjual. Lama sekali penjual termenung hingga akhirnya ia berkata, "Halal, halal" kami pun tersenyum lega dan keluar dari toko.

Menunggu Lift Sepi di Lobi

Ketika melihat antrian lift yang padat, saya menawarkan ibu membeli pop mie seharga 5 riyal di cafe hotel. Akhirnya kami mengganjal perut dengan pop mie sebelum menu sarapan datang.

Setelah antrian sepi, akhirnya kami mengantri di lift dan beristirahat sejenak. Tak lama sarapan tiba, kami pun segera memakannya dan setelahnya kami tertidur hingga pukul 9 pagi Waktu Saudi Arabia.

Ketika bangun, badan kami yang semula kurang tidur merasa jauh lebih baik. Bu Andriana memutuskan  untuk ikut sholat Jum'at sedang saya dan ibu tidak karena masih merasa tidak sehat.

Ketika makan siang tiba, kami pun segera makan karena waktunya mepet ke waktu sholat ashar. Saya, ibu dan Bu Andriana bergegas menuju masjid Nabawi.

Bercengkrama dengan Petugas Kebersihan Masjid Nabawi

Seperti biasa, setelah selesai sholat ashar, ibu meminta untuk tadarus. Karena saya merasa kedinginan dan ingin buang air kecil, saya pun keluar menuju pelataran masjid. Ketika ke kamar mandi, saya melihat petugas kebersihan masjid yang memiliki perawakan Indonesia. Saat melihat saya, beliau bertanya,

"Sudah kak?"

"Sudah. Ibu dari mana?"

"Saya dari Bogor, kakak?"

"Saya dari Jakarta"

Saya melanjutkan perjalanan menuju eskalator, ternyata di belakang saya sudah ada ibu yang tadi. Beliau kembali bertanya,

"Jakartanya mana?"

"Barat, ibu?"

"Saya Bogor, tapi tinggalnya di Jakarta Selatan, di Fatmawati"

"Masya Allah" lalu saya melanjutkan, "gimana bu cara kerja disini?"

"Ada, daftarnya di Jakarta Timur."

"Kontrak?"

"Iya, minimal 2 tahun, klo 2 tahun ga pulang, kontraknya otomatis di perpanjang"

"Seneng bu kerja di sini?"

"Iyaa... alhamdulillah"

"Masya allah, namanya siapa bu?"

"Titin"

"Bu Titin, saya duluan ya bu"

Kami pun berpisah.

Menghafalkan Doa-Doa Manasik Haji

Karena saya bilang saya kedinginan, maka saya pun akhirnya kembali keluar dan mulai menghafalkan doa-doa yang akan dibaca ketika berhaji.

Setelah merasa cukup, akhirnya saya kembali masuk ke dalam masjid. Tetapi karena terlalu dingin, saya sampaikan pada ibu bahwa saya tidak kuat jika harus i'tikaf menunggu shalat Isya'. Akhirnya setelah selesai shalat maghrib, kami pulang dan karena catering belum ada jadi saya makan mie, minum obat lalu beristirahat.

Begitulah sepenggal pengalaman haji saya dalam kondisi sakit selama di Madinah. Saya tidak memaksakan diri ketika dalam kondisi sakit karena perjalanan haji masih panjang dan masih ada rukun ibadah yang lebih utama yaitu tepat ketika masuk waktu berhaji tiba, apalagi saya berhaji dalam keadaan mendampingi ibu. Bersambung...

Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu yang kini melanjutkan studi S2 jurusan Kebijakan Publik. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama ataupun menjadi donatur pendidikan S2 yang sedang ditempuh, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

Posting Komentar untuk "Pengalaman Haji: Ibadah Mandiri di Madinah Ketika Sakit"