Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

Jika istrimu seorang Sanitarian

Jika istrimu seorang Sanitarian

Apa yang terlintas dibenakmu ketika kusebutkan kata Sanitarian? Seseorang yang bergelut di dunia sanitasi, melakukan survey untuk setiap penyakit, membuat perencanaan tindak pencegahan di setiap sektor kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan.

Ketahuilah, bahwa hal di atas adalah benar adanya. Kurang lebih hal-hal tersebut yang nantinya akan istrimu kerjakan. Lebih dari itu, menjadi seorang Sanitarian berarti harus siap memikirkan kelanjutan sanitasi agar lingkungan sekitar menjadi lebih baik dan tetap lestari. Baik itu penyehatan air bersih, pengendalian vektor (binatang pengganggu dan atau serangga), IPAL, penyehatan makanan minuman, konservasi hutan, privatisasi air, AMDAL, Pemberdayaan Masyarakat, Penyuluhan Kesehatan, Pengelolaan Tanah dan Pengolahan Sampah, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan sejenisnya.

Sayang, ini tentu bukan soal materi. Bukan berarti aku juga besar di keluarga dengan latar belakang kesehatan. Namun aku saat ini adalah aku yang peduli di bidang kesehatan, karena kini bidang kesehatan adalah duniaku. Sehingga aku ingin berkontribusi secara nyata pada bidang ini. Mungkin nantinya kamu akan dapati aku lebih banyak berada di luar rumah. Mungkin nantinya aku akan disibukkan dengan kegiatan sanitasi. Aku harus memastikan bahwa proyek-proyek yang saat ini disebut "Pembangunan Berkelanjutan" tidak merusak lingkungan tempat kita tinggal, tempat buah hati kita hidup kelak bersama anak cucunya. Sehingga proyek-proyek tersebut tidak mengganggu kelestarian alam yang akan mereka tempati.

Sayang, mungkin nantinya aku harus bekerja bersama para peneliti, bersitegang dengan pemerintah korup, bahkan bertemu mafia yang mengeruk habis kekayaan alam kita. Sampai akhirnya ketika aku pulang ke gubug kecil kita, aku akan menjadi sosok yang menyebalkan setelah lelah beraktivitas seharian di luar sana.

Jika istrimu seorang Sanitarian, percayalah ini tidak akan seburuk yang kamu bayangkan. Aku tetap aku yang mencintai kamu. Aku tetap istrimu, ibu dari anak-anakmu. Aku tetap akan berusaha menjalankan kewajibanku. Menjaga keluargaku dan membimbing anak-anak kita untuk mengenal Tuhannya lebih dekat.

Percayalah, aku tidak akan melempar bak sampah organik maupun anorganik. Pun tidak akan menelantarkan biogas yang belum jadi maupun kompos ketika emosiku sedang tidak labil. Aku akan berusaha membagi duniaku. Barangkali dengan pemikiran kita yang berbeda, pun bidang kita sama atau berbeda aku harap akan ada solusi dari setiap keluh kesah yang mengganggu fikiranku.

Ketahuilah, jika istrimu nantinya adalah aku. Aku tidak keberatan jika kau tidak mengizinkanku bergabung dalam sebuah penelitian atau jika kamu hanya mengizinkanku membuka usaha dibidang sanitasi milik kita sendiri, melakukan pemberdayaan di sekitar tempat kita tinggal, sehingga aku tidak perlu lama meninggalkan gubug kecil kita nanti.

Ketahuilah, aku akan tetap di sampingmu, menyibukkan diri di pantri setiap waktu makan. Menjadi makmum yang mengucapkan "aamiin" di setiap ibadah yang kau imami. Aku yakin ini akan tetap menyenangkan, mengantarmu sampai punggungmu hilang di persimpangan jalan, dan menunggumu kembali pulang. Menyaksikan anak-anak kita tumbuh besar tanpa ada sedikitpun momen yang terlewatkan.

Jika istrimu nantinya adalah aku, semoga kau tidak akan keberatan atas sikap cerewetku saat aku memaksa cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cerewet karena sampah organik dan anorganik harus dipisahkan, cerewet untuk membawakan bekal minuman daripada membiarkanmu membeli air minum dalam kemasan (yang artinya kau mendukung proyek privatisasi air), cerewet untuk meminimalisir penggunaan sampah plastik yang bisa terdegredasi 100 tahun lebih dengan menggunakan reusable bag ketika berbelanja, cerewet untuk diet tissu, karena tissu terbuat dari pohon, dan menanam pohon itu melelahkan dan butuh waktu yang lama sedang harga tissu hanya berkisar harga dua sampai lima ribuan rupiah. Jika benar istrimu nanti adalah seorang sanitarian, jangan kaget jika ia bisa menghitung debit air yang dipakai selama sebulan, penambahan klorin, tawas, maupun kaporit agar kondisi fisik air yang dikonsumsi layak konsumsi, bahkan hingga memperbaiki kebocoran pipa. Jika istrimu nantinya adalah aku, jangan bosan ketika aku mengingatkanmu untuk beristirahat agar kamu tetap sehat karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.

Jika istrimu seorang Sanitarian dan benar aku adalah orangnya. Perempuan ahli lingkungan ini lebih membutuhkan sebuah pelukan hangat dan sholat berjama'ah bersama anak-anak setelah lelah beraktivitas seharian, ketimbang mengkonsumsi suplemen yang biasa digunakan banyak orang.
Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu yang kini melanjutkan studi S2 jurusan Kebijakan Publik. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama ataupun menjadi donatur pendidikan S2 yang sedang ditempuh, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

Posting Komentar untuk "Jika istrimu seorang Sanitarian"