Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

DAYA [TAK] LENTING



Jaman dulu kala ketika kalian masih duduk di bangku sekolah dasar, ingat kah kalian tentang materi pelajaran IPA (FISIKA) tentang Daya Lenting?


Daya lenting adalah sebuah sistem untuk kembali ke kondisi awal atau semula setelah mengalami perubahan, baik dengan cara bertahan (resistance) maupun beradaptasi (recovery) dengan perubahan tersebut.


Dari pengertian di atas, sekilas daya lenting terlihat seperti pepatah Jawa yang berbunyi, "Sopo nandur bakal ngunduh" yang artinya adalah siapa yang menanam maka dia yang menuai. Begitu lah kiranya daya lenting ini (versi Saya, hehe).


Suatu hari di kelas Pengendalian Vektor*, dosen Saya yang mengampu mata kuliah ini membahas tentang daya lenting sebagai i'tibar**. Untuk menyegarkan ingatan para mahasiswanya, Beliau mengaplikasikannya dengan gaya tarik sebuah ketapel yang hendak melontarkan batu sampai pada akhirnya mengerucut ke materi perkuliahan. Ketika materi perkuliahan sampai di bagian formulasi Insektisida***, Beliau bertanya, "Menurut kalian, kalian lebih senang mana, insektisida yang baunya harum atau yang baunya tidak enak untuk dihirup?". Kebanyakan mahasiswa menjawab lebih senang menggunakan formulasi insektisida yang berbau harum. Saya sendiri (pada saat itu) lebih suka menggunakan anti nyamuk bakar tak berasap (mat) beraroma harum/wangi dengan dalih selain mengusir nyamuk dari kamar, juga untuk mengharumkan udara di kamar. Beberapa saat setelah mahasiswa diberi kesempatan menjawab pertanyaan Beliau, Beliau kembali melanjutkan ceramahnya, "Manusia memang terkadang pelupa, dan oleh karena sifat pelupa inilah ia sering kali tidak mengaplikasikan ilmu daya lenting. Sudah tahu bahwa insektisida itu berbahaya untuk sistem pernapasan, eh malah mengkonsumsi insektisida yang beraroma harum agar ketika dihirup tidak mengganggu estetika dari indra penciuman (hidung). Padahal jika semakin sering dihirup, insektisida tersebut akan terakumulasi di dalam paru-paru dan dapat menyebabkan penyakit sistem pernapasan. Coba kalau misalnya kita mengkonsumsi insektisida yang tidak beraroma harum, pasti kita nggak mau menghirupnya kan? Makanya, pasti kita pergi dari ruangan yang terpasang insektisida tersebut agar tidak terpapar". Dari sini ada jeda beberapa menit sebelum Beliau kembali melanjutkan perkuliahan. Mungkin hampir seluruh mahasiswa yang ada di kelas pada saat itu berfikir. Termasuk Saya.


Saya pun mengiyakan ceramah Beliau. Sejak saat itu, walaupun Saya masih menggunakan mat yang beraroma wangi, namun pada saat mat dinyalakan, saya tutup ruangan dan sebisa mungkin untuk keluar dari kamar selama beberapa saat. Setelah itu Saya kembali ke kamar dan Saya matikan, karena toh formulasi dari mat tersebut sudah menyebar ke penjuru kamar jadi tidak perlu saya nyalakan sampai 8 jam (bahkan lebih).

Saya juga setuju dengan apa yang Beliau katakan. Benar adanya bahwa kita sebagai makhluk yang sempurna (makhluk yang diberi akal untuk berfikir agar menjadi hamba yang selalu lebih baik dari masa sebelumnya) malah bertindak jauh dari apa yang kita ketahui. Salah satu contohnya adalah penggunaan insektisida yang sudah disebutkan di atas, selain itu masih banyak contoh lainnya, apalagi yang berhubungan dengan lingkungan dan global warming (pemanasan global). Misalnya:
1. Sudah tahu bumi semakin panas, eh malah semakin sering menggunakan AC.
2. Sudah tahu bumi semakin panas, malah semakin banyak mendonasikan gas CO2 melalui kendaraan bermotor. Sebenarnya tidak masalah jika kita menggunakan kendaraan bermotor, hanya saja kita perlu menggunakan kendaraan bermotor dengan bijak (tulisan selanjutnya ya Guys :) )
3. Sudah tahu oksigen merupakan hal terpenting dari sebuah kehidupan, apalagi untuk bernafas, malah menebang pohon.
4. Sudah tahu akan terjadi banjir jika membuang sampah di aliran air, malah membuang sampah sembarangan.
5. Sudah tahu sampah plastik sangat lama dalam prosees dekomposisi (penguraian), malah mengkonsumsi plastik di setiap transaksi jual-beli.
6. Sudah tahu sumber daya alam pada akhirnya akan habis jika terus-menerus dikeruk kekayaannya, malah semakin sering membangun perusahaan (baik industri maupun pariwisata) yang AMDAL nya tidak memenuhi persyaratan.
7. .................................................... (silahkan berfikir lebih banyak dari biasanya :) )

Yah contoh seperti itulah Daya (Tak) Lenting yang selalu dan tidak sadar sudah di lakukan oleh manusia sebagai makhluk yang diberkahi-akal-fikiran-oleh-Tuhan.

Mungkin tulisan kali ini Saya cukupkan sampai di sini. Semoga di masa yang akan datang kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari masa sebelumnya. Semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan bermanfaat bagi yang membaca. Sekian.


Catatan:
* Binatang Penggangu
**  Mengambil hikmah dari suatu pelajaran tertentu
*** Bahan aktif pengendali/pemberantas/pembunuh serangga


Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu yang kini melanjutkan studi S2 jurusan Kebijakan Publik. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama ataupun menjadi donatur pendidikan S2 yang sedang ditempuh, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

Posting Komentar untuk "DAYA [TAK] LENTING"