Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

Bandung 2014-2015 #MenujuKeBarat

Ibu Kota Provinsi Jawa Barat 

Ini adalah perjalanan kedua Saya (yang jelas sendiri tidak bersama keluarga) ke Kota Kembang. Perjalanan sebelumnya sekitar tahun 2011/2012 (saya agak lupa-lupa gitu) pada saat di Bandung saya ditemani oleh teman SMP saya, asli mojang Bandung. Namanya Vani. Pertama kali Saya ke Bandung, saya diajak berkeliling seputar universitas-universitas yang ada di Bandung dan tentunya Cihampelas Walk (Ciwalk). Kali ini tujuan Saya ke Bandung lebih ke wisata alam dan selama perjalanan #MenujuKeBarat, Saya selalu berkeinginan untuk singgah di kediaman rumah teman-teman atau relasi. Selain untuk bersilaturahmi juga meminimalisir biaya perjalanan. Sehingga untuk keseharian menjadi tidak begitu sulit :P


Tahun 2014, saya kembali ke Bandung dan kembali bertemu dengan teman sebangku saya yang satu ini. Namun kali ini sedikit berbeda. Kehidupan perkuliahan membuat saya mengenal seluk beluk LSM bernama WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) yang jejaring regional kerjanya terbagi menjadi setiap provinsi se-Indonesia. Karena saat ini Vani sudah tidak ikut tinggal bersama kakaknya di Cihampelas yang mana lokasinya sangat strategis, dan dia menempati rumah peninggalan orang tuanya di Rancakendal Luhur, Dago. Akhirnya setelah sampai di Bandung, kami sempat mampir ke Dago dan sedikit melepaskan penat.

Setelah dirasa bisa beraktivitas lagi, hari itu kami turun ke sekitar Taman Lansia dengan menggunakan angkot untuk menemui salah satu teman pesepeda asal Lombok yang ternyata juga sedang berada di Bandung. Hampir setengah jam lebih  kami naik angkot-jalan kaki-naik angkot-jalan kaki menuju Java Preanger Coffee sebuah kafe dengan nuansa musik sunda di sekitar Taman Lansia. Alasannya sederhana karena dari kami bertiga tidak begitu paham daerah tersebut di tambah Mas Sentot (Pesepeda asal Lombok) tidak begitu bagus dalam memberikan arahan. Bertanya ke orang sekitar saja mereka banyak yang tidak tahu kafe tersebut dan sibuk mengurusi kuda-kuda pirang bernama Patrik, Sibela, Jabrik dan sejenisnya yang mereka siapkan untuk disewa di sekitar taman. Mencari lokasi melalui GPS pun ternyata (sangat di sayangkan) kafe tersebut belum terdeteksi titik koordinatnya.


Sehabis bertemu dengan Mas Sentot yang ternyata akan manggung di kafe tersebut dalam Perayaan Malam Tahun Baru 2015, kami berjalan kembali menuju kawasan Telkom untuk mencari sekretariat Walhi Jabar. Selang 10 menit berjalan sambil terus bertanya-tanya ke pedagang asongan dan pedagang gorengan akhirnya kami sampai di Pendopo Walhi Jabar.


Kesan pertama di Walhi Jabar tidak berbeda jauh dengan Walhi Yogyakarta, ada sepeda, motor, halaman, tempat sampah pilah-pilih, sekelompok orang sedang rapat, kompos, ruang rapat, mess, ruang tamu dan tentunya wi-fi yang super kenceng bahkan anda nonton film online pun gak pake buffering! Malam itu setelah berbincang panjang lebar kami diminta untuk bermalam di sana. Setelah sedikit berdiskusi akhirnya kami memilih untuk mengiyakan permintaan Direktur Walhi Jabar, Kang Dadan. Niat hendak melihat perayaan malam tahun baru di Lapangan Gasibu, kami malah ketiduran karena terlalu lelah setelah seharian berjalan dan perut sudah terlalu kekenyangan (makan lahap atau rakus sama saja jika lelah melanda).

Paginya rencana kami ke Lembang dan ke Tangkuban Perahu gagal, kata Vani sedang macet-macetnya. Akhirnya kami memilih pergi ngawul ke Pasar Cimol Gedebage dengan angkot Riung-Dago lalu lanjut ke Dago-Sp. Gede dengan membayar 5.000 rupiah untuk perjalanan dekat dan 10.000 rupiah untuk perjalanan jauh. Buat kalian para blogger yang doyan ngawul dan nyari barang import, di sina lah tempat sortir pertama dari 2 kota lainnya, Batam dan Surabaya. Sebenarnya saya ga begitu niat belanja, yang emang niat ke sana itu Mas Angger (dia udah searching info duluan di kaskus.co.id). Tapi seperti itulah perempuan, tahu sendiri. Ya, setidaknya saya tidak kalap.

Karena pada dasarnya perjalanan #MenujuKeBarat ini sedikit terinspirasi dari teman-teman Walhi yang rada selo (keliling kota dengan bersepeda, bahkan seperti Mas Sentot, dia sudah berkeliling asia dengan Mr. Yoi, sepedanya), maka kami pun tidak membawa budget terlalu banyak. Jadi hasil jarahan kami dari Pasar Cimol Gedebage hanya 2 flanel seharga 60.000 rupiah, 1 jeans seharga 20.000 rupiah, dan jaket seharga 40.000 rupiah yang semuanya branded dan masih bagus tentunya. Sebelum pulang dengan angkot Gedebage-Dago warna pink hijau yang langsung turun di depan Gasibu dengan seharga 10.000 rupiah untuk dua orang, kami selfie dulu. Buat kenang-kenangan :)

Ah, tips buat kalian yang mau belanja di Gedebage, harus cermat dan teliti betul ya dalam memilih pakaian yang hendak dibeli. Karena ada beberapa pemilik kios yang mengisi barang jualannya dengan barang dagangan import palsu, biasanya sih identik dengan logo pakaian yang dibordir sendiri.


Oh iya, di dalam Pasar Cimol ada aki-aki jualan nasi rames yang ikan tongkolnya enak banget, murah lagi! Setelah seharian "berjalan", niat sepedaan ke Cihampelas Walk gagal setelah makan nasi goreng di sekitar permukiman Walhi Jabar.

Paginya kami sudah siap-siap kembali berwisata alam-ria menuju De Ranch dan Kebun Bunga Begonia dengan angkot Cicaheum-Ledeng. Jaraknya jauh + macet total, kebanyakan sih pelancong berasal dari kota plat B, karena macet dan jauh maka kami membayar angkot seharga 5000 perorang. Patokannya kalau mau ke Tangkuban Perahu atau Lembang adalah Tugu Bambu dipertigaan jalan. Kalau sudah ketemu Tugu Bambu, pasti sudah dekat ke De Ranch. Dari Tugu Bambu kami jalan kurang lebih 500 meter.


Masuk De Ranch 8000 rupiah perorangnya untuk turis domestik, dari 8000 rupiah tersebut free susu sapi atau yogurth (bebas milih). De Ranch merupakan wisata alam penuh dengan nuansa indian, seperti pegawai yang berpakaian koboi, kereta kuda, kandang kuda, lapangan rumput yang luas, dan arena bermain untuk anak-anak. Menu yang paling diminati di De Ranch adalah Mendoan dengan harga 12.500 untuk satu porsi (isi 3 mendoan) yang kalau mau mesen, antrinya puanjaaaaaang banget. Tidak begitu lama kami di sana, kemudian perjalanan kami lanjutkan ke Kebun Bunga Begonia. Sebuah Kebun bunga milik pribadi yang jaraknya sekitar 3 km dari De Ranch. Kebun tersebut baru-baru ini dijadikan sebagai wisata alam oleh pemiliknya dengan HTM 5000 rupiah perorangnya. Namun jika teman2 membawa kamera SLR dan sejenisnya dikenakan HTM khusus kamera sebesar 50 ribu rupiah. Untuk menuju ke Kebun Bunga Begonia, teman-teman bisa menggunakan andong atau ojek.


Malamnya selepas dari Lembang, kami istirahat sebentar di Walhi Jabar dan melanjutkan perjalanan ke Pasar Simpang + Cihampelas Walk untuk membeli oleh-oleh. Namun sayang, pusat oleh-oleh yang disarankan oleh Vani sudah habis dan tutup. Akhirnya tanggal 3 Januari 2015 selepas subuh kami berlarian menuju Gasibu untuk mendapat kendaraan dengan rute Stasiun Kereta Api Kircon alias Kiara Condong. Namun karena waktu masih pagi buta, maka angkot Riung-Dago masih jarang dan akhirnya kami naik taksi menuju ke stasiun.

Selama di Bandung, kami hanya menghabiskan dana untuk angkot paling sehari ga nyampe 30.000 rupiah maksimal 50 ribu rupiah PP lembang-gasibu buat 3 orang, tiket kereta PP Jogja-Bandung, dan logistik tentunya (makan sehari 2 kali + oleh-oleh). Jadi bisalah kalian hitung pengeluaran kami. Alasan kami menggunakan angkot adalah karena kami telat meminjam motor di rental motor, semuanya full booking mulai tanggal 30 desember 2014-3 januari 2015 (walaupun sebenarnya pada saat pertama kali saya ke Bandung sendirian juga saya pake angkot untuk mobilisasi sehari-hari). Tapi kami bersyukur juga sih, karena harga rental motor di Bandung sehari berkisar antara 50-100 ribu rupiah padahal kami naik angkot hanya 30 ribu rupiah. Jadi yaaa ternyata malah ngirit, di tambah penginapan gratis, wifi kenceng, mau makan apa minum tinggal ke dapur walaupun dengan gak adanya motor membuat kami gak ngirit waktu blas :D

Sekian catatan perjalan saya di Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi teman-teman. Tips tempat-tempat wisata alam tambahan ada Kawah Putih Ciwidey, Tebing Kraton, Tangkuban Perahu dan masih banyak lagi. Di sana juga ada bis tingkat untuk para turis lho :)
Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu yang kini melanjutkan studi S2 jurusan Kebijakan Publik. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama ataupun menjadi donatur pendidikan S2 yang sedang ditempuh, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

1 komentar untuk "Bandung 2014-2015 #MenujuKeBarat"

  1. Wah murah banget mba harga jeans dan jaketnya.. sekarang masih ada ngga ya? Kayaknya bakalan kalap kalau murah-murah banget gitu, hihi

    BalasHapus