Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

Tips Agar Tulisanmu Diterima di Mubadalah.id

Tips Agar Tulisanmu Diterima di Mubadalah.id

Akhirnya ulasan yang dinanti-nanti rilis juga yaa, hihi. Nah karena intronya sudah ada di postingan perjalanan menulis bersama kafa part 1 dan part 2, maka di postingan ini saya langsung saja pada inti tulisan. Mudah-mudahan saya yang kegiatannya di rumah saja bersama kafa bisa sedikit membantu teman-teman untuk menambah portofolio, relasi, kemampuan menulis, serta mendapatkan pemasukan dari menulis melalui ulasan ini.

PERHATIAN, mohon ulasan ini dibaca perlahan saja ya teman-teman. Agar tips yang saya berikan lebih mudah terekam dan meninggalkan jejak yang kuat dalam ingatan teman-teman.

Women Writer's Conference
Dokumentasi pribadi sewaktu mengikuti Women Writer's Conference

Tips Pertama

Pastikan teman-teman sudah mengetahui sedikit banyak tentang konsep ataupun perspektif Mubadalah. Keluarga besar Mubadalah biasanya menyebut konsep ini dengan slogan Menulis untuk Bahagia dan Membahagiakan. Artinya apa? Artinya, dalam slogan ini mengandung jika kamu ingin diperlakukan dengan baik dan penuh cinta kasih, maka perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Bahasa sufinya, Kau adalah Aku yang Lain...

Tips Kedua

Keaslian naskah dan keunikan gaya penulisan sangat penting untuk menunjukan kepada tim redaktur bahwa naskah yang kamu kirim memang milikmu alias no plagiasi plagiasi club. Tetapi tetap memperhatikan kaidah menulis bahasa populer ya. Misal menulis dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), panjang tulisan minimal 600-900 kata. Paling utama lagi adalah tema tulisanmu sesuai dengan konsep maupun gerakan Mubadalah.

Ini penting banget lho. Karena banyak teman-teman aktivis maupun feminis yang tidak sedikit mengirim tulisan di Mubadalah tetapi ditolak karena beda pemahaman, ada yang terlalu blunder, menyatakan bahwa ajaran agama tidak pro feminis, dan masih banyak lagi contoh kasusnya.

Padahal jika kita lihat baik-baik, tuntunan ajaran Islam sangat memuliakan perempuan, hanya saja tidak sedikit orang-orang yang salah kaprah menafsirkan sumber-sumber tuntunan ajaran tersebut baik ajaran dalam al-Qur'an maupun al-Hadits.

Ndilalah, saya pernah benar-benar bertemu seorang kenalan di sebuah forum pelatihan Perempuan dan Pencegahan Ekstrimisme. Beliau adalah seorang dosen yang melek tentang feminis. Bisa jadi pemahaman beliau tentang dunia kesetaraan gender lebih ngelotok dibandingkan saya yang baru mengenal dunia ini beberapa tahun (berjalan beriringan selama saya mengenal konsep Mubadalah)

Setelah kami bercerita, akhirnya obrolan kami bertemu pada momen Women Writer's Conference (WWC). Dalam obrolan itu pula beliau mengaku bahwa beliau adalah salah satu pendaftar yang naskahnya tidak lolos. Jadi, tema tulisan baik dalam bentuk aktual maupun feature, sangat penting untuk di dalamnya dikaitkan dengan konsep Mubadalah.

Tips Ketiga

Tips terakhir ya ini, dan paling penting! Kenapa? Karena berkaitan dengan tips nomor satu dan nomor dua. Jika teman-teman merasa belum mampu menafsirkan al-Qur'an dan al-Hadits secara kontekstual, maka isu apapun yang akan ditulis oleh teman-teman, hendaklah memunculkan sisi human interest or human touch.

Karena dalam relasi kesalingan, sebuah konsep, tulisan, maupun gerakan yang bertujuan memanusiakan manusia tanpa dalil-dalil akan lebih mudah diterima oleh setiap orang yang dalam hidupnya memegang nilai prinsip ini.

Jika kamu merasa belum bisa memasukan konsep Mubadalah ke dalam naskahmu, baik itu naskah yang berisi tentang isu-isu viral maupun timeless, maka yang wajib kamu lakukan adalah mengikuti akun sosial media Mubadalah serta rekanannya.


Mesti banget ya? Ya ga mesti, hanya saja kan ini tips versi saya agar tulisanmu mudah diterima di Mubadalah. Karena dari sosial media Mubadalah, banyaaaak sekali ilmu yang bisa kamu pelajari dan menambah wawasan kesetaraan gender dengan konsep relasi kesalingan (Mubadalah). Mulai dari Instagram, Facebook fanpage, Twitter, Youtube, dan juga Webnya.

Kamu juga harus mengikuti agenda-agenda rekanan Mubadalah seperti Suara Rahima, Aman Indonesia, Fahmina Institute, Fatayat, dan yang lainnya. Karena agenda-agenda tersebut akan menambah ilmu serta dijadikan naskah tulisan baik berupa report seperti berita maupun refleksi dari kegiatan tersebut. Masa pandemi ini, banyak sekali agenda tersebut diadakan secara live streaming, maupun melalui meeting zoom.

Penutup

Eh kok udah penutup aja? Ya, sekarang sudah jam 02.20 WITA, saya sudah mulai mengantuk, jadi tipsnya tiga saja dulu. Tiga juga sudah cukup membuatmu terkena efek racunnya kan untuk semakin yakin berani mengirimkan naskah terbaikmu ke Mubadalah.id?

Kok ada racun-racunnya segala sih? Tulisan ini saya ikut sertakan ke dalam minggu tema Komunitas #1minggu1cerita dengan tema RACUN. Senang kan kalau dapat racun yang bahagia dan membahagiakan? Hehe...

WWC Memperbolehkan Balita Ikut Seminar
Dokumentasi pribadi ketika Kafa ikut kelas malam
materi Fiqh Indonesia dalam event WWC


Ya sudah, sekian dulu ya. Mohon maaf jika banyak kekurangan dalam tulisan ini karena saya juga masih perlu banyak belajar, yang terpenting ditulis dulu, kalau tidak ditulis nanti dapat predikat tulisan sempurna (karena tidak ada yang bisa diedit, wong belum ditulis, hehe).

Sekian, semoga tips agar tulisanmu diterima di Mubadalah.id ini bermanfaat. Kalau masih kurang, silahkan meninggalkan jejak terbaik di kolom komentar untuk berdiskusi. Terima kasih sudah berkenan mampir.

Kata kunci: Perspektif Mubadalah, Faqihuddin Abdul Kodir, Gender Equality

Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu yang kini melanjutkan studi S2 jurusan Kebijakan Publik. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama ataupun menjadi donatur pendidikan S2 yang sedang ditempuh, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

11 komentar untuk "Tips Agar Tulisanmu Diterima di Mubadalah.id"

  1. Terimakasih banyak kakak, tipsnya. Semoga setelah ini saya pede nulis lagiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama2 kak shofwaaa :) harus semangat wong tulisannya bagus2

      Hapus
  2. Siap-siap paham, hehe. Harus mengenal perspektif dari Mubadaalah dengan baik dulu ya. Memang soalnya agak rentan konsep-konsep yang berbeda. Terima kasih tipsnya Kak, ternyata sama kita Sagi hihi.

    BalasHapus
  3. Sebenernya tips ini nggak beda jauh ya sama tips menulis lainnya. Yang bikin menarik sekaligus menantang adalah, karena kita akan diajak untuk sama-sama membahas perspektif mubaadalah itu sendiri. Jadi lebih terkonsep, tinggal milih mau tema yang seperti apa. Makasih tipsnya ibu Kafa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul buuu, menulis dengan perspektif Mubadalah, cuma itu aja bedanya :) sama2

      Hapus
  4. Bener nihh solusinya 😊saya emang takut menulis bersama mubadalah karena masih minim pengetahuan

    BalasHapus
  5. Eh keselip mulu mau komen di sini pdhl udah baca dr awal diposting.

    Bagus bgt ini tipsnya. Website mubadalah jadi salah satu website harian yg masuk dlm list bacaaan saya.
    Thank for sharing yaa ibukafa..
    Salam kiss kiss buat adek kafa

    BalasHapus
  6. Wah jadi semangat terus menulis ya jangan sampai kendor ya

    BalasHapus
  7. Ibukafa aku kok jadi penasaran ya tentang mubadalah ini, yang berhubungan dengan perempuan, hmmmm kayaknya harus disantap untuk dipelajari. Lagi menikmati juga baca yang berhubungan dengan kesetaraan gender. Mau kepo dulu aja lah medsos nya. Thankiss Ibukafa

    BalasHapus