Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

Perjalanan Menulis Bersama Kafa

Dari dulu saya senang menulis dan membaca. Walaupun banyak ketidakpercayaan diri dan jatuh bangun dalam mengikuti perlombaan menulis, saya berusaha untuk tetap menulis. Ya, menulis apa saja agar tetap terbiasa dan tidak kaku ketika "suatu hari" mbok menowo ada yang mengajak menulis entah dimana.

Perjalanan Menulis Bersama Kafa
Doc. Pribadi Ilustrasi: Canva


Tetapi justru jalan "menulis" ini dibukakan oleh Allah ketika saya mengandung anak pertama saya, Kafabillah. Saat hamil Kafa, saya mengikuti kelas menulis khusus perempuan yang diadakan oleh Aman Indonesia di Rehabilitasi Yakum Yogyakarta 2018. Acaranya diadakan selama 2 hari dan disediakan tempat menginap, makan berat dan cemilan, serta kelas menulis tentunya. Semuanya gratis hanya saja pertama kali mendaftar harus mengirim artikel terlebih dahulu.

Saya lupa tepatnya saya menulis tentang apa, tetapi yang saya ingat temanya adalah tentang ilmu, perempuan, kesetaraan gender dan isu perdamaian. Maka karena saya kurang menguasai isu kesetaraan gender, saya memilih topik ilmu dalam perspektif Islam. Dan ternyata naskahnya lolos.

Singkat cerita, dalam kelas menulis itu peserta bertemu dengan Mba Kalis penulis muda yang sedang hits saat ini, ada juga redaktur mojok.co (saya lupa namanya tapi terekam di instagram story saya nanti akan saya lihat kembali), dan tentu bapak Mubaadalah KH. Faqih Abdul Qadir yang langsung memberikan materi Mubaadalah pada seluruh peserta.

Saat pelatihan, peserta diberi juga buku panduan 60 hadits yang berisi tentang  kesetaraan gender, dimana ternyata saat itu meski saya mondok sudah bertahun-tahun, tetapi baru dibukakan mata bahwa pada dasarnya al-Qur'an dan hadits itu sangat adil dalam membahas kesetaraan gender. Tinggal kitanya saja bagaimana cara menafsirkannya, apakah tekstual atau kontekstual.

Buku 60 hadits tersebut karya Pakyai Faqih. Tentu beliau tidak hanya menuliskan hadits-haditsnya saja, melainkan beliau juga menjabarkan secara rinci makna dari hadits-hadits tersebut sehingga orang awam yang pertama kali mengenal Islam dan Mubadalah pasti langsung kemeklik hatinya apabila memiliki prinsip atau nilai hidup memanusiakan manusia.

Hari pertama kami diberikan materi sepanjang hari. Hari kedua baru lah kami mendapatkan tugas untuk membuat tulisan. Karena saya sedang hamil, otomatis isi di kepala saya dan yang ingin saya tulis adalah tentang kehamilan dan persalinan. Kelas ditutup tanpa ada peserta yang mengirim hasil tulisan di tempat. Semua peserta diberikan tenggang waktu selama satu minggu dan mengirim tugas menulis tersebut via email.

Waktu itu meski tidak percaya diri, saya benar-benar mengirim tulisan tentang metode persalinan gentle birth kepada panitia. Tetapi lamaaaa sekali tidak ada follow up, akhirnya saya memutuskan untuk membuka Mubaadalah News dan mencoba mencari naskah pertama yang membuat saya lolos mengikuti pelatihan dan mengirimnya ke Mubaadalah News.

Cara Mengirim Tulisan

Saat itu saya membuka pilihan partisipasi di Mubaadalah News, karena user name dan password harus atas persetujuan redaktur, maka saya pun mengirim pesan via email yang saya dapatkan dari pelatihan. Emailnya adalah mubaadalahmedia@gmail.com. Selang 2-3 hari kemudian saya mendapatkan email balasan dan resmi memiliki akun di panel Mubaadalah. Kemudian naskah pun saya masukan ke draft tulisan sesuai dengan ketentuan partisipasi yang ada di web Mubaadalah News

Selang beberapa hari saya mengecek akun saya, tulisannya masih draft. Salah saya memang waktu itu. Seharusnya saya mengirim ke Aman Indonesia rekanan Mubaadalah News yang mengadakan kelas menulis agar tulisan lebih mudah diterima. Tetapi waktu itu saya lagi lagi tidak percaya diri, maka saya memutuskan mencari jalan sendiri :D

Setiap kali saya mengecek akun panel di Mubaadalah, tulisan saya masih saja bertengger di draft. Sampai akhirnya saya sibuk dan melupakan akan hal ini. Cukup lama waktunya dari saya mengirim naskah, akhirnya pada bulan Oktober saya kembali melihat akun panel dan ada tulisan saya di sana. Tulisan perdana yang lolos dan diterima pertama kalinya di media online.


Meski saya senang, tetapi karena banyak agenda keluarga yang harus saya dahulukan, akhirnya saya kembali tidak menulis sampai Kafa lahir di bulan Desember. Tentu menjadi ibu tidak lah mudah. Tetapi entah mengapa justru ketika Kafa lahir, saya lebih bersemangat menulis. Saya tetap menulis meski itu tentang jurnal tumbuh kembang Kafa. Sampai Kafa mendekati usia 6 bulan, lagi-lagi Allah membukakan jalan untuk saya mengasah passion

Saya mengikuti kelas menulis bacaan populer di UGM secara cuma-cuma karena gelombang perdana ini bisa dibilang kelas trial (mengingat kelas selanjutnya berbayar). Singkat cerita lagi-lagi saya beruntung naskah yang saya tulis sesuai kriteria yang diminta panitia sampai tahap akhir naskah tersebut menjadi salah satu naskah di buku antologi Menyongsong Society 5.0 meskipun menulisnya agak terengah-engah karena saya belum terbiasa menulis sebanyak 2000 kata dengan deadline.

Saya sangat bersyukur akhirnya cita-cita menulis dan memiliki buku yang saya tulis sendiri (meski tidak benar-benar sendiri *LOL) tercapai, meski karena hal ini, saya sempat beristirahat cukup lama dari urusan panel Mubaadalah. Tetapi dari hibernasi ini justru menjadi titik ancang-ancang melompat lebih jauh dari apa yang tidak pernah saya kira sebelumnya.

Kok bisa menjadi hibernasi justru menjadi batu pijakan? Simak di sini ya lanjutannya :)

Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan jejak terbaik di kolom komentar. Insya Allah akan saya balas satu persatu jika ada waktu senggang :)



Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu yang kini melanjutkan studi S2 jurusan Kebijakan Publik. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama ataupun menjadi donatur pendidikan S2 yang sedang ditempuh, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

1 komentar untuk "Perjalanan Menulis Bersama Kafa"

  1. Semangat menebar kebaikan, Imeh. Yang perlu ditekankan, keajegan dalam menulis dan membaca pasti akan membawa kebaikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Perlu dicoba nih ngirim artikel ke mubadalah juga, Kali aja beruntung, hihi

    BalasHapus