Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

Quarter-Life Crisis Journal of My Life

Quarter-Life Crisis Journal of My Life
Quarter-Life Crisis Journal of My Life

Quarter-Life Crisis Journal

Semenjak ayah saya berpulang, banyak sekali pengalaman-pengalaman baru yang menguras habis tenaga, hati, dan pikiran serta kesehatan saya. Saya merasa melampiaskan banyak hal dengan melakukan berbagai aktivitas tanpa alasan hingga dikemudian hari, dititik ini saya merasa lelah sendiri.

Jujur, akhir-akhir ini saya sering merasa murung, banyak pikiran, resah, seperti kebingungan, sedih, dan masih banyak perasaan lainnya yang menurut saya sangat mengganggu. Saya banyak bertanya dan berfikir pada diri saya sendiri sampai akhirnya saya menemukan istilah quarter life crisis.

Teori Quarter Life Crisis

Waktu itu saya berpikir apa iya saya mengalami dampak quarter life crisis mengingat usia saya sudah melewati 25 tahun. Karena saya pikir quarter life crisis is like a quarter of your age in a century which meaning tepat saat saya berusia 25 tahun.

Ternyata tidak. Menurut berbagai sumber yang telah saya baca quarter life crisis journal Indonesia, masa-masa quarter life crisis ini akan dialami oleh seseorang mulai dari 20-30 tahun. Artinya ya memang benar, quarter life crisis akan terjadi pada usia rentang 20-30, bukan tepat 25 tahun meskipun bisa saja di usia 25 tahun tersebut ada peluang terjadinya quarter life crisis.

Tetapi justru ketika saya berusia 25 tahun, saya sedang tidak mengalami kebingungan seperti saat ini. Kala itu saya sedang bahagia, menjadi manusia yang terlahir kembali dengan hadirnya putra pertama saya dan pasangan. Disibukkan oleh peran baru sebagai seorang ibu. Saya jelas tidak merasa tidak bahagia dan mempertanyakan kehidupan saya seperti hari ini.

Dampak Quarter Life Crisis

Tetapi di usia saya yang sudah lebih dari 25 tahun ini, saya selalu merasa terkena dampak quarter life crisis seperti kurang termotivasi, merasa galau, merasa tidak memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas, lupa dengan rasanya bersenang-senang,merasa minder, mudah lelah, sering menangis, ingin tidur terus, merasa tertekan, merasa kesepian ditengah keramaian, merasa jenuh dan kadang tidak bahagia, serta merasa selalu mempertanyakan tujuan hidup.

Faktor yang Mempengaruhi Quarter Life Crisis

Fakta tentang quarter life crisis ini pada akhirnya membuat saya bertanya-tanya. Apa yang membuat saya mengalami hal ini? Padahal saya telah memiliki anak yang menggemaskan? Pasangan yang baik? Kehidupan yang baik yang harus saya jalani setiap hari? Yaaa semua itu jika dilihat hanya dari sudut pandang gunungan es batu.

Tampaknya memang begitu, tetapi ternyata dasar dari gunungan es batu itulah yang tidak dilihat oleh orang-orang dan ini yang selalu saya pendam sendiri karena setiap kali saya utarakan, saya merasa semakin banyak dihadapkan oleh banyak permasalahan yang membuat saya tertekan.

Menurut ulasan Fathan Akbar yang diunggah di satupersen, faktor-faktor yang mempengaruhi quarter life crisis adalah pilihan dan makna dalam menjalani hidup dan kehidupan, mimpi dan kenyataan, eskpektasi orang lain, pertemanan yang semakin mengerucut dan lingkungan sosial serta pekerjaan, spiritualitas, dan seputar percintaan.

Saya rasa faktor-faktor ini sedang saya alami. Saya merasa pikiran saya sangat terjebak dengan kondisi tidak menentu ini. Terlebih saya mengalami quarter life crisis di masa pandemi. Saya tidak ingin berlarut-larut. Saya ingin menyudahi semua ini. Oleh sebab itu saya ingin menyerap energi negatif ini dalam sebuah quarter-life crisis journal.

Cara Menghadapi Quarter Life Crisis

Menurut Retna Mariyana Budiarti dalam ulasannya terkait Fenomena Quarter Life Crisis, ada beberapa cara untuk menghadapi quarter life crisis dalam hidup kita seperti menerima kegagalan, mengenali diri sendiri dan berhenti untuk membandingkan dengan orang lain, berbagi keresahan dengan orang yang dipercaya, 

menyusun rencana hidup dan bertindak nyata serta mengomunikasikan keresahan, harapan dengan orang-orang terdekat yang sangat berpengaruh dalam hidup. Jangan ragu pula jika harus meminta pertolongan pada tenaga ahli yang profesional dalam hal ini seperti psikolog dan sejenisnya.

Saya rasa jika kita sadar kita sedang mengalami quarter life crisis lebih cepat, maka hal ini akan jauh lebih baik karena kita berpeluang menemukan solusinya lebih cepat. Selain itu kita juga akan lebih mengenal kekurangan dan kelemahan diri pribadi karena untuk menyelesaikan quarter life crisis, kita harus mengenal diri kita sendiri.

Kita juga bisa berlatih untuk lebih sabar, mandiri, dan lebih mengontrol emosi dalam menjalani kehidupan serta mengetahui mana prioritas dalam hidup kita. Walaupun tetap pada intinya waktu yang akan mengakhiri semua ini. Tetapi dengan semangat dan daya juang yang luar biasa, kita pasti bisa mempersingkat waktu tersebut.

Akhir Kata

Hal penting dari proses quarter life crisis ini adalah jangan berdiam diri jadilah produktif in a good way and for a good things, benahi diri dan hal-hal yang harus diperbaiki, lebih banyak memberi dan berbagi, percaya pada masa depan yang lebih baik bahwa kita pasti bisa melalui ini semua dan biarkan proses ini berjalan apa adanya meskipun mungkin tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Semakin kita ingin cepat keluar dari quarter life crisis, entah berlari atau melawan, maka tiada apapun yang kita dapatkan kecuali kegelisahan gunungan es batu yang semakin membesar di dasarnya dan akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapanpun.

Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca Quarter-Life Crisis Journal of My Life. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik dari ulasan ini :)

Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu yang kini melanjutkan studi S2 jurusan Kebijakan Publik. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama ataupun menjadi donatur pendidikan S2 yang sedang ditempuh, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

6 komentar untuk "Quarter-Life Crisis Journal of My Life"

  1. aku lagi mengalami QLC sekarang :') sempet bingung untuk menentukan arah hidup.. tapi gaboleh diratapi terus namun harus hadapi tanpa rasa takut.. try to do the best for better future :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya benar mba, tetap harus semangat dan melalui proses meski butuh waktu yang tidak sebentar.

      Hapus
  2. Aku kira aku aja yang mengalami QLC ini, ternyata ada jga dan sama persis seperti yg mba tulis. Jangan² usia kita jga sama 😀
    Dan gara² QLC ini aku juga jdi ketemu Satu Persen. Semangat trs ya mba! 🤗

    BalasHapus
  3. untuk teman-teman yang sedang menghadapi quarter life crisis, semoga segera bisa dilalui dan kembali pada kehidupan yang penuh percaya diri dan penuh optimisme

    BalasHapus
  4. Sejak usia 25 aku siap2 bgt buat mengalami quarter life crisis ini karena dah baca2 pasti semua ngalamin. Bener aja usia 25-29 sekarang bener2 bingung mau apa dan demotivasi. Tipsnya ada di planning hidup baik daily, weekly, monthly hingga goals yearly. Jpin sama komunitas yg sefrekuensi dan (+) vibes adalah kunci melewati krisis ini :') semangat

    BalasHapus
  5. Tulisannya sangat bermanfaat Ibu Kafa, noted nih, membandingkan diri dengan orang lain bisa menjadi pemicu QLC. Penting emang ya membuat skala prioritas, dan yakinlah meski rembulan dan matahari tidak sama, tapi masing-masing akan bersinar pada waktunya masing-masing.

    BalasHapus