Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

TIGA PEMBATASAN YANG MENGUNTUNGKAN BAGI PENGHAFAL AL-QUR'AN

Berbicara tentang tema pembatasan, saya sempat menerka-nerka tulisan apa yang sebaiknya saya tulis selain tentang pembatasan karena Covid 19. Bosan juga menulis corona lagi, corona lagi. Ternyata ada! yey! Dan itu sangat dekat kaitannya dengan pengalaman pribadi saya sewaktu mondok di beberapa Pondok Pesantren.

Tentu pembaca sudah sedikit banyak mengetahui tentang pondok pesantren. Jika ditanya lima kata yang berkaitan dengan pondok, pasti kebanyakan orang akan menjawab asrama, mengaji, al-Qur'an, santri, peraturan. Pada dasarnya, pondok pesantren merupakan sebuah pendidikan informal yang mana murid yang ingin berguru ilmu agama kepada suatu tokoh agama (kyai atau ustadz) cenderung nderek atau ikut tinggal dalam satu naungan bersama sang guru di suatu lingkungan. Zaman semakin berkembang, pesantren pun mengalami perubahan yang mana saat ini praktiknya tidak hanya mendalami ilmu agama tetapi juga ada beberapa pesantren yang menyediakan pendidikan formal atau pendidikan umum seperti Raudhatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-Kanak, Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Aliyah (MA) atau Sekolah Menengah Atas, bahkan ada juga pondok pesantren yang menyediakan pendidikan untuk mahasiswa baik sekolah tinggi maupun institut.

Meski belajar ilmu agama, tetapi setiap pondok pesantren memiliki ilmu agama yang lebih khusus dan spesifik diajarkan untuk para santrinya. Ada yang khusus mengajarkan para santrinya terkait mempelajari ilmu kitab kuning, ilmu alqur'an dan tafsir, atau pun pondok modern istilah untuk pondok pesantren yang mewajibkan santrinya menggunakan bahasa arab dan inggris untuk berkomunikasi sehari-hari. Pondok Pesantren di Kudus, Pondok Pesantren Yayasan Ali Ma'sum Krapyak, Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta cenderung mendidik santrinya untuk fokus mengaji dan menghafalkan al-Qur'an.

Siapapun tahu menghafal bukanlah kegiatan yang mudah mengingat ganjarannya begitu besar. Selain ganjaran surga, penghafal al-Qur'an juga disebut sebagai hamilul Qur'an atau pembawa al-Qur'an dan juga keluarga Allah SWT sebagaimana sabda Rasulullah:


 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ» قِيلَ: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

"Sesungguhnya Allah SWT memiliki keluarga dari kalangan manusia. Ditanyakan kepada Nabi, siapakah gerangan wahai Rasul? Nabi bersabda: Ahli al-Qur'an adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya." (Abdullah al-Darimi, Sunan al-Darimi, Saudi: Dar al-Mugni li al-Nasyr wa al-Tauzi' 2000, Juz IV, hal. 2094, No. Hadits 3369).

Predikat tersebut tentu tidaklah mudah didapat. Oleh karena itu, kebanyakan dari pondok pesantren memiliki peraturan yang sering kali terlihat seakan membatasi aktivitas santri khususnya yang kegiatan utamanya adalah menghafalkan al-Qur'an. Namun jika santri tersebut sadar dan faham, tentu ia akan berusaha untuk menerima peraturan tersebut dengan ikhlas dan tawakal. Karena sejatinya peraturan tersebut diciptakan demi kebaikan para santri agar tujuan berada di pondok pesantren dapat tercapai dengan tidak memakan waktu yang lama. Berikut adalah 3 peraturan yang dibatasi untuk santri:

penghafal al-qur'an
Tema Minggu Ke 19 Komunitas Blogger 1Minggu1Cerita

Gawai

Hampir setiap pondok pesantren tidak menganjurkan santrinya untuk membawa gawai atau handpone. Jelas hal tersebut dikarenakan gawai sangat mampu membuat santri menjadi lupa dan malas. Seharusnya tadarus dan menyiapkan hafalan untuk waktu setoran pagi atau sore hari malah keasikan bermain gawai. Akhirnya hafalan belum jadi dan lagi-lagi mengulang hafalan yang sebelumnya karena hafalan baru belum siap untuk disetorkan. Sebagian pondok memang melarang santri membawa gawai dan menyediakan gawai khusus santri yang disimpan melalui pengurus. Tetapi ada juga pondok pesantren yang memperbolehkan santri membawa gawai dengan catatan hanya boleh dipakai ketika jam mengaji usai atau hari libur (jum'at atau minggu dan tanggal merah). Setelah jam tersebut habis, maka gawai dititipkan kembali ke pengurus.

Nderes dulu, Nderes lagi, Nderes terus, ojo dolanan hape wae...

Berorganisasi

Semua orang tahu bahwa berorganisasi membutuhkan waktu, fisik, pikiran, dan loyality. Oleh sebab itu, banyak pondok pesantren yang menyediakan asrama untuk mahasiswa menganjurkan untuk tidak mengikuti organisasi di luar kampus. Hal ini tentu karena pihak pondok berharap agar para santri bisa fokus pada tujuan utama di pesantren yaitu menghafalkan al-Qur'an. Apabila tujuan santri sudah berhasil dicapai tentu pondok pesantren tidak akan melarang aktivitas tersebut karena pada dasarnya berorganisasi adalah sebuah kegiatan yang positif dan tidak jarang dari organisasi pula banyak santri yang mendapatkan keberuntungan seperti beasiswa, relasi, pekerjaan dan sejenisnya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sebuah wadah alumni yang diorganisir baik dari pihak pesantren maupun pihak santri yang sudah menjadi alumni.

Boleh berorganisasi tetapi ingat tujuan utama yaitu menghafalkan al-Qur'an

Keluar Asrama

Terakhir adalah keluar asrama. Selama saya mondok, ada beberapa pondok pesantren yang memperbolehkan santrinya keluar asrama untuk kepentingan belajar (kuliah) tetapi tidak boleh larut malam. Jikalau pun harus larut malam wajib memberi kabar terlebih dahulu. Bahkan  ada juga yang hanya memperbolehkan santri keluar asrama jika hari libur atau jika dijenguk oleh keluarga. Tetapi tidak sedikit pula yang tidak memperbolehkan sama sekali dan memberikan asrama tersendiri, khusus untuk santri penghafal al-Qur'an. Tentu tidak lain hal ini ditetapkan agar santri lebih fokus bersama al-Qur'annya di dalam pesantren. Lebih banyak tirakatnya, lebih banyak beribadahnya, lebih sering fokusnya, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menghafalkan al-Qur'an tidak terlampau lama.

Begitulah kurang lebih pembatasan-pembatasan yang kebanyakan dialami oleh para santri yang mondok di pondok pesantren yang mengkhususkan santrinya untuk menghafalkan al-Qur'an. Umumnya santri putra membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk menghafalkan al-Qur'an sedangkan santri putri 2-4 tahun, namun bisa lebih cepat jika lebih giat, fokus, dan semangat. Insya Allah jika santri penghafal al-Qur'an bisa mampu bertawakal menerima pembatasan-pembatasan ini dengan ikhlas, tujuan mulia menghafalkan al-Qur'an akan mudah diraih. Wallahu a'lam bisshowab.

Semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan jejak terbaik di kolom komentar :)


Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu yang kini melanjutkan studi S2 jurusan Kebijakan Publik. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama ataupun menjadi donatur pendidikan S2 yang sedang ditempuh, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

16 komentar untuk "TIGA PEMBATASAN YANG MENGUNTUNGKAN BAGI PENGHAFAL AL-QUR'AN"

  1. Apa benar ya kalo orang yg lagi menghafal al quran dia akan lebih mudah lupa kalo dia sering maksiat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. beberapa seperti itu, setiap orang sering kali ujiannya berbeda...

      Hapus
    2. Iya benar karna alquran adalah cahaya ilmu sedangkan maksiat adalah kotoran yg dapat membuat hafalan nya lupa

      Hapus
  2. Ketika kuliah, kami pernah mengadakan suatu acara di Pesantren. Tentram sekali suasananya, rasanya, aku ingin menjadi santri di pesantren..

    BalasHapus
    Balasan
    1. (sebelum pandemi) biasanya Ada beberapa pondok pesantren yang menyediakan fasilitas pesantren kilat saat Ramadan, itu bisa jadi alternatif lho jika berkenan...

      Hapus
  3. Wah saya baru tahu ternyata kalau di pondok pesantren gitu dibatasi ya untuk berorganisasi tapi emang sih kalau masuk pesantren harus lebih fokus sama ilmu yang diberikan apalagi kalau pesantrennya yang khusus untuk hapal Quran

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak, memang seperti itu, sekalinya ada santri yang ikut organisasi pun mungkin sudah atas kebijakan2 tertentu misal karena beasiswa jadi harus ikut organisasi di tempat pemberi beasiswa

      Hapus
  4. MasyaAllah.. tidak selamanya yg membatasi kita itu menghalangi kita dari sesuatu. Justru dengan adanya pembatasan seperti yang diceritakan di atas, banyak pintu kebaikan yang dihasilkan. Terimakasih sharingnya ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget mbaa, udah kerasanya kalau sudah boyong, hiks...

      Hapus
  5. Jadi inget zaman-zaman mondok dulu.
    Ga jauh berbeda ya peraturan di pesantren.

    BalasHapus
  6. Saya juga pernah mondok di pondok pesantren iya emang segalanya sesuatu di pondok pasti dibatasi, cuma klo untuk organisasi rmaem dibedakan antara wanita dan lelaki

    BalasHapus
  7. MasyaAllah dapat ilmu baru ttg pembatasan tsb. Aq blum pernah mondok mom. Jd ini ilmu badu buatku. Tq

    BalasHapus
  8. Suka dukanya di pesantren apa mom? Mubki boleh di share di artikel selanjutnya

    BalasHapus
  9. Aku ingat saat di pondok, santri-santri hafidz itu keren banget di mata santriwati. Haha. Selalu datang awal saat sholat di masjid, rowatib, lalu murojaah. Suaranya merdu-merdu. Selain itu, saat di sekolah enggak pernah nongkrong. Hehe. Ah. Jadi rindu pondok kan.

    BalasHapus
  10. Masya Allah.. rasa-rasanya seru ya jadi anak pondok, hihi.. Insya Allah, bang Rasyiid nih entar calonnya :D

    BalasHapus