Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

REVIEW MENSCUP; ORGANICUP

Haid adalah kodrat untuk perempuan. Namun menggunakan pembalut disposable baik yang sudah bersertifikat halal maupun belum, pembalut reusable atau menstrual padhingga menggunakan menstrual cup adalah pilihan. Begitulah kiranya langkah meminimalisir masalah yang dihasilkan oleh sampah pembalut. 


menstrual cup indonesia
Ilustrasi: Canva

Hadirnya Masa Baligh

Menulis tentang ini, saya jadi teringat tentang masa lalu di hari pertama kali saya haid. Satu hari menjelang lomba Musabaqah Hifdzil Qur’an Juz 30 di tingkat kecamatan yang akan saya ikuti, saya mengetahui bahwa inilah hari pertama saya mengalami menstruasi.
Seperti pada umumnya, saya pun dianjurkan oleh pengasuh asrama saat itu untuk membeli pembalut disposable. Ketika masa menstruasi itu tiba, meskipun sama seperti perempuan lainnya yang mengalami perasaan tidak nyaman, iritasi, gatal-gatal takut “tembus” ketika menggunakan pembalut sekali pakai. Tidak terlintas oleh saya untuk menggantinya dengan sesuatu yang lebih membuat nyaman dan tidak menimbulkan iritasi bahkan hingga saya lulus dan menyandang gelar ahli pratama Kesehatan Lingkungan.
Baru setelah menjajaki dunia first jobber, akhirnya saya memutuskan untuk membeli pembalut reusable untuk keperluan menstruasi yang rutin datang sebulan sekali. Sayangnya hal ini tidak berlangsung lama. Saya merasa lebih tidak nyaman menggunakan pembalut jenis ini karena bagi saya pembalut ini terlalu mengganjal. Akhirnya lagi-lagi saya kembali ke pembalut disposable.

Hai Menscup!

Hingga suatu hari di pertengahan 2019, saya membaca tentang menstrual cup di instagram story @annisast yang biasa akrab disapa Teh IcaMenstrual cup adalah pengganti pembalut baik disposable maupun reusable yang berbentuk seperti cawan yang dapat menampung darah menstruasi selama 12 jam. Artinya, jika saya menggunakan menstrual cup selama 12 jam sama dengan saya menghemat tiga pembalut disposableSaya merasa terpanggil untuk mencoba menstrual cup.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa harga untuk satu menstrual cup berkisar antara 350 hingga 500 ribu rupiah. Harga yang membuat maju mundur mental setiap perempuan yang ingin mencobanya. Tidak hanya itu, menstrual cup yang identik harus dimasukan ke dalam organ intim masih menjadi momok tentang keperawanan bagi mayoritas perempuan terlebih yang belum menikah.
Meski di tahun itu saya sudah menikah bahkan sudah melahirkan dengan persalinan pervaginam, namun tidak terlintas pula dibenak saya bagaimana cara memasukkannya ke area intim. Masih diluar nalar tentunya karena saya belum mencobanya.
Di luar dugaan, ternyata saya berjodoh sangat cepat dengan menstrual cup. Prosesnya hanya terhitung sembilan bulan sejak saya melihat instagram story sampai akhirnya saya berhasil menggunakannya di awal bulan Februari 2020.
Bermula ketika awal tahun 2020 lalu saya harus bedrest karena mengalami sakit gejala tipes namun tidak bisa bedrest karena saya memiliki satu toddler yang saat itu juga sakit. Akhirnya dalam keadaan sakit dan kelelahan, saya mengalami istihadloh yang mana masa suci siklus menstruasi belum genap 15 hari namun sudah keluar darah lagi dari organ intim. Artinya setiap 5 kali waktu sholat tiba saya harus mengganti pembalut disposable ketika saya hendak beribadah.
Keadaan tersebut berlangsung selama 5 hari masa istihadloh. Tentu sangat mengganggu apalagi darah yang keluar tidak sebanyak seperti ketika menstruasi. Sambil terus observasi tentang menstrual cup, akhirnya saya memutuskan untuk membeli menstrual cup size B yang brandnya cukup dikenal dan banyak digunakan di Indonesia melalui sebuah market place online.

Organicup

Ya, saya menggunakan menstrual cup merek Organicup dengan ukuran B. Mengapa saya membeli ukuran B? Karena dalam review video yang saya lihat, disebutkan bahwa apabila pengguna menstrual cup belum pernah melahirkan, pengguna disarankan untuk menggunakan menstrual cup size A. Sedangkan untuk pengguna yang pernah melahirkan disarankan untuk menggunakan menstrual cup size B.
Sesampainya menstrual cup tiba tentu saya tidak sabar untuk mulai mencobanya meski saya tidak begitu yakin dipercobaan pertama akan berhasil. Berdasarkan review pengguna menstrual cup yang sebelumnya saya pelajari di sosial media, saya sudah mengetahui bahwa produk yang akan saya gunakan ini 100 persen terbuat dari soft medical grade silicone. 
Selain itu, disebutkan juga tidak akan menyakiti tubuh atau pun menimbulkan efek alergi pada tubuh dan sudah tersertifikasi, serta tidak diujikan pada hewan atau certified vegan, di mana informasi produk ini juga saya temukan pada kemasan menstrual cup, beserta informasi lainnya seperti tata cara penggunaannya, ukuran menstrual cup yang dianjurkan, tata cara melipat menstrual cup, serta keterangan-keterangan lainnya yang berkaitan dengan menstrual cup.
Setelah menstrual cup disterilkan selama 3-5 menit dengan direbus pada air mendidih, akhirnya saya mulai mencoba memasukkannya ke dalam organ intim. Saya melipat menstrual cup dengan lipatan model C-Fold namun sudah lebih dari 30 menit selalu gagal dan saya hanya bisa memasukan setengah bagian dari menstrual cup ke dalam organ intim. Akhirnya saya menyerah untuk percobaan pertama kali ini mengingat tubuh saya belum sepenuhnya yakin.
Sembari bertanya-tanya kepada teman-teman yang sudah menggunakan menstrual cup, kata Mba Ghina saat memakainya tubuh harus benar-benar yakin dan rileks. Akhirnya satu purnama pun berlalu dan siklus menstruasi pun hadir kembali. Entah tekad dari mana, hari pertama menstruasi bulan ini saya dengan rileks mencoba kembali menggunakan menstrual cup yang sudah disterilkan dan melipatnya dengan metode lipatan punchdown seperti yang disarankan oleh Mba Ami Darajati.
Viola! Dengan satu kali percobaan, menstrual cup tersebut masuk dengan sangat nyaman ke organ intim dan mulai menampung darah haid. Meski sudah menggunakan menstrual cup, namun percobaan pertama ini saya tetap menggunakan pembalut disposable jika sewaktu-waktu hal yang tidak diinginkan terjadi. Apalagi di hari pertama menstruasi, tentu jumlah mili liter darah yang keluar akan lebih banyak jika dibandingkan hari-hari selanjutnya.
Observasi dimulai. Benar kata pengguna menstrual cup, memang tidak terasa seperti sedang menstruasi dan sama sekali jauh lebih nyaman jika dibandingkan dengan pembalut disposable yang mengganjal, membuat iritasi, gatal dan sering kali menimbulkan bau anyir.
Bahkan ketika ingin buang air kecil maupun besar tidak perlu repot-repot melepas menstrual cup. Wajar jika beberapa kali terasa lebih sering ingin buang air kecil atau ada perasaan was-was menstrual cup akan bocor karena baru satu kali pemakaian.
Namun setelah 4 jam dicek, pembalut disposable masih bersih tanpa noda sedikit pun. 2 jam berikutnya yang berarti sudah 6 jam pemakaian, barulah ada noda pada pembalut yang artinya cawan pada menstrual cup penuh dan perlu dibersihkan untuk dapat digunakan kembali.
Nah proses mengeluarkannya juga tubuh perlu tenang karena akan terasa sedikit ada tekanan dari bagian sunction pada menscup tersebut akibat adanya udara dalam cawan. Saat dikeluarkan, ternyata cawan tidak benar-benar penuh atau hanya terisi 2/3 bagian cawan. Kemudian setelah dibersihkan dan digunakan kembali, tiga jam kemudian saya mengecek menstrual cup dan cawannya hanya terisi 1/3 bagian. 
Artinya, agar tidak terjadi kebocoran pada menstrual cup, pengguna disarankan untuk membuang darah menstruasi setiap 3-4 jam sekali untuk siklus menstruasi di hari pertama hingga ke tiga. Untuk hari-hari berikutnya, pengguna bisa menyesuaikan dengan jumlah volume darah haid sesuai dengan kebiasaannya.
Bagi saya, membeli menstrual cup seharga 300 ribu rupiah untuk 10 tahun sangatlah hemat, terlebih jika dibandingkan dengan harga pembalut disposable yang sebelumnya selalu dibeli setiap kali menstruasi selama 12 bulan dikalikan dengan sekian belas tahun sejak perempuan mengalami menstruasi pertama kali. Menstrual cup very sustainable eco friendly, isn’t it? 
Tulisan ini pernah dimuat di Mubaadalah News. Semoga ulasan ini bermanfaat untuk kamu yang masih ragu melakukan konsep zero waste yang satu ini. Bagaimana pendapatmu? Silahkan tinggalkan jejak terbaik di kolom komentar :)
Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu yang kini melanjutkan studi S2 jurusan Kebijakan Publik. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama ataupun menjadi donatur pendidikan S2 yang sedang ditempuh, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

19 komentar untuk "REVIEW MENSCUP; ORGANICUP"

  1. Kak, merk menstrual cup ini aku udah gak asing, aku juga follow ig nya. Jujur, aku masih takut banget buat nyobanya. Btw aku belum menikah.

    Sebenernya sih aku udah tertarik dari lama untuk zero waste termasuk salah satunya pakai menstrual cup ini. Tapi gimana ya kok masih waswas hehehe...sakit gak sih waktu dimasukin dan dikeluarin?😭 Trus kalo belum menikah apa yakin dia gak merusak selaput dara ya kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau belum yakin, nyobanya setelah nikah aja kak, karena faktor yg membuat kk masih ragu adalah value ttg selaput dara apalagi kk belum menikah :)

      kalau pas masukin ga berasa sakit, pas keluarinnya aja agak ada tekanan udara dari sunctionnya... cmiiw

      Hapus
  2. Baru tau loh dan agak gimana gitu yaa..
    Ga berani aku haha. Sampe sekarang masih make yang sekali pakai. Semoga lambat laun aku bisa merubah juga kebiasaan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kalo pertama kali tau mungkin kaya "wow" padahal setelah pakai, bener2 gak berasa kaya ga sadar kalo lagi haid...

      Hapus
  3. Kalau misalnya haid terakhir yang sisa dikit, apakah masin pakai atau pakai pembalut? Sampai hari keberapa pakainya jika haid sekitar 6-7 hari?

    BalasHapus
    Balasan
    1. biasanya aku pakai hanya dari hari pertama sampai hari kelima, karena ternyata darah haid kita tidak sebanyak yg terlihat di pembalut

      Hapus
  4. Bismillah suatu saat nanti mau coba juga beralih ke menscup ini.. Makasih yah mba informasi dan sharenya berguna bgt buat aq nih

    BalasHapus
  5. duh aku kayanya masih mikir keras deh kalau harus berpindah ke menscup..

    BalasHapus
  6. Kayaknya nggak kepikir deh bakal pake beginian, hihi.. Selain nggak siap, aku orangnya nggak telaten, mau yang simple-simple aja, hehe..

    Btw, makasih infonya If ;D

    BalasHapus
  7. Boleh juga di coba ketika nanti saya menstruasi. Sejak menikah 7 tahun yang lalu, baru 6 x sepertinya ngalami pake pembalut. Karena saya hamil dan menyusui bikin ga datang bulan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau datang bulan ga lancar, seingatku bisa dg ikhtiar minum glucogen mam, good luck ya :)

      Hapus
  8. dari pertama dengar ada menscup ini aku pengen banget coba mbak cuma sampe sekarang beranak dua belum berani coba nih mbak. mbak karimah hebat euy udah berani coba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pas akhirnya berani nyoba karena istihadloh, buang pembalut banyak dalam sehari, jadilah akhirnya tau2 pakai ituu aja :D

      Hapus
  9. Saya masih single mba, kok ya masih takut makainya hehe

    Padahal udah lumayan lama tau tentang menscup ini. Belom mau coba, tapi gak tau nanti. Saya salut bagi teman-teman yang udah berani makek!😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kalau masih takut nyobanya nanti saja kalau sudah berumah tangga...

      Hapus
  10. Kalau aku punyanya yang merek Moon Cup, Mbak. Sudah sekitar 5 tahunan punya, tapi masih beraninya pakai kalau bukan ngantor, hehehe. Selebihnya pakai menspad.

    BalasHapus
  11. Tertarik sama konsep zero waste nya tapi ga berani nyoba, takuutt 😁

    BalasHapus
  12. betul sih kata admin, 300k untuk 10 tahun itu memang benarbenar murah bgt :)

    BalasHapus